by

Teknologi Video Review Mulai Diterapkan di Sepak Bola Profesional

Sebuah sejarah dibuat saat pertandingan antara New York Red Bulls II kontra Orlando City B, Sabtu (13/08/2016).

Untuk pertama kalinya teknologi video review (tayangan ulang) digunakan dalam pertandingan sepak bola profesional.

Dewan asosiasi sepak bola internasional memberikan izin kepada VAR (asisten wasit video) untuk mengujicobakan teknologi tersebut di divisi ketiga Liga Amerika Serikat, USL.

Tujuannya yaitu ingin menggunakan teknologi tersebut secara permanen di seluruh dunia mulai musim 2018/2019.

Dalam percobaannya, wasit tambahan nantinya akan duduk di sebuah tempat yang telah terakses video replay darisemua kamera yang tersedia.

Wasit tambahan itu kemudian akan menyarankan kepada ketua wasit untuk ‘mengubah permainan’ temasuk gol, keputusan penalti, kartu merah langsung dan kekeliruan lainnya.

Saat laga New York Red Bulls II kontra Orlando City B terjadi beberapa insiden yang dianggap kontroversi.

Ismail Elfath bertugas sebagai ketua wasit, sedangkan Allen Chapman bertugas sebagai asisten wasit video (VAR).

Pada menit ke-35 bek Orlando, Conor Donovan, melanggar penyerang Re Bulls, Junior Flemmings, di tepi kotak penalti.

Namun Elfath memutuskan untuk memberikan hadiah tendangan bebas untuk Red Bulls.

Kejadian kedua terjadi 10 menit jelang akhir pertandingan.

Pemain Orlando, Kyle McFadden, diganjar kartu kuning kedua oleh wasit setelah melakukan pelanggaran terhadap gelandang Red Bulls, Florian Valot.

Sebelum membuat keputusan-keputusan itu Elfath berjalan menghampiri Chapman untuk melihat tayangan ulang melalui monitor

Pelatih Red Bulls, John Wolynie, menyambut baik penggunakan teknologi baru tersebut.

“Ini merupakan kredit untuk MLS dan USL bahwa mereka jadi yang terdepan soal teknologi dalam sebuah pertandingan dan ini akan memajukan sepak bola,” kata Wolynie.

“Saya senang menjadi bagian itu karena kami menganggap diri kami adalah tim yang inovatif, agresif dan maju,” katanya.

Direktur senior USL, Brett Luy, juga merasa senang dengan percobaan teknologi itu.

“Semua orang sangat sengan dengan proses ini termasuk IFAB,” ujar Luy.