by

Sanksi Berat dari Komdis PSSI Ancam Persib Bandung

Persib Bandung terancam disanksi berat. Itu menyusul insiden dan aksi tak sportif para pendukung kesebelasan dari Jawa Barat (Jabar) tersebut, saat menjamu kesebelasan Persija Jakarta di pekan ke-16 Liga 1 2017, pada Sabtu (22/7).

Komisi Disipilin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Komdis PSSI), memang belum bersidang. Tetapi, anggota Komdis PSSI Dwi Irianto mengatakan, kejadian yang menyeret Persib bukan sekali ini terjadi. “Kalau diperhatikan, dalam setiap memberikan keputusan yang berulang, Komdis pasti mengakumulasi sanksinya (agar lebih berat),” kata dia, saat dihubungi Republika dari Jakarta, pada Ahad (23/7).

Dwi menolak untuk menilai insiden yang terjadi antara Persib dan Persija. Sebab kata dia, sebagai salah satu anggota pengadil di internal federasi, dirinya tak bisa merangkum kejadian, di luar forum sidang antar anggota. Akan tetapi, kata dia, ragam insiden dan kekerasan di Liga 1, memang masih kerap terjadi.

Itu mengapa, Dwi meminta, agar masing-masing kesebelasan di Liga 1 dan juga Liga 2, punya tanggung jawab mendidik suporternya, agar lebih tertib. “Komdis menyidangkan rata-rata ada 18 sampai 20 kasus setiap pekannya. Itu terlalu banyak. Itu menunjukkan sepak bola kita, belum sehat dan dewasa,” kata dia.

Terkait hukuman kepada Persib, Dwi menerangkan, Komdis PSSI, sampai Ahad (23/7) belum menerima laporan dan aduan. Dia menjelaskan tentang pola kerja komisi pengadil tersebut. “Komdis itu, seperti pengadilan biasa. Komdis tidak bisa kita mengadili tanpa aduan. Jadi kita menunggu,” ujar dia.

Biasanya, dalam setiap pekannya, Dwi menerangkan Komdis akan menerima seluruh laporan aduan yang disampaikan perangkat pertandingan, atau klub peserta kepada operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru (LIB). Operator, meneruskan aduan tersebut kepada Komdis PSSI.

“Biasanya itu laporannya baru disampaikan di awal pekan. Setiap Senin biasanya,” sambung dia. Laporan dari LIB, akan diteruskan ke meja Komdis. Komdis tak cuma menerima laporan tentang kejadian di kompetisi Liga 1. Tetapi, aduan dan keluhan, juga datang dari Liga 2.