by

Ritiro Munculkan Kembali Lo Spirito Juventus

indolivescore.com – Kisah manis nan dramatis berhasil diukir Juventus dalam bentrok Derby della Mole edisi ke-252, Minggu (1/11) dini hari WIB. Mereka berhasil bangkit dari keterpurukan akibat kekalahan 1-0 dari Sassuolo, dengan kini menang tipis 2-1 atas Il Toro.

Meski diwarnai dengan cedera dini Sami Khedira, Juve mengawali pertandingan dengan sangat baik. La Vecchia Omcidi bahkan sudah meraih keunggulan di menit ke-19, lewat tembakan voli cantik Paul Pogba. Namun setelahnya intensitas mereka menurun, sehingga memberi ruang bagi Torino untuk mengejar ketertinggalan.

“Setelah meraih keunggulan, kami bertahan terlalu dalam. Terutama di babak kedua. Wajar saja jika Torino yang sama sekali tak bermain buruk, sukses menyamakan keadaan,” tutur sang pelatih, Massimiliano Allegri, usai pertandingan.

Terus tenggelam pasca kedudukan seri, Juve akhirnya mampu menunjukkan karakter sejatinya yang musim ini nyaris tak tampak, yakni Lo Spirito Juve! Lewat karater pantang menyerah tersebut, I Bianconeri kemudian memastikan kemenangan beberapa detik saja sebelum laga usai, lewat aksi Juan Cuadrado.

Perbedaan sikap 180 derajat yang ditunjukkan Si Nyonya Tua dari duel hadapi Sassuolo memperlihatkan hasil nyata ritiro, yang digelar selama beberapa hari sebelum Derby Turin dihelat.

Pemandangan Vinovo yang tertutup selama ritiro digelar

Ritiro merupakan tradisi di sepakbola Italia, yang lazimnya dilakukan ketika sebuah klub dalam kondisi terpuruk. Seluruh anggota tim dikumpulkan dalam satu tempat untuk menggelar latihan selama beberapa hari. Tak hanya latihan secara teknis, faktor non-teknis pun digodok seperti penempaan mental masing-masing pemain.

Yang cukup menakutkan adalah semua pemain dilarang keluar dari tempat latihan, termasuk untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Biasanya ritiro ini dilakukan menjelang pertandingan selanjutnya digelar, yang hasilnya diharapkan jadi titik kebangkitan performa sebuah klub.

Hal itulah yang secara sempurna dilakukan Juve sebelum duel krusial melawan Torino. Dilihat dari segala sisi, kebijakan ritiro bagi Tim Hitam Putih memang penting. Skuat arahan Allegri musim ini merupakan generasi baru, banyak pemain baru dan muda bercokol, sehingga kesatuan menjadi riskan dan berpengaruh pada hasil akhir pertandingan.

Ditambah persiapan pra musim Juve yang amat singkat, tak heran jika performa mereka sejauh ini amat mengecewakan. Juve musim ini, sama sekali berbeda dengan skuat juara empat musim terakhir.

“Ada beberapa pemain yang tidak memahami situasi ini dan tidak bertanggung jawab. Saya tak suka bermain dengan mereka. Penting bagi klub agar memberikan pemahaman betapa pentingnya seragam Juventus ke beberapa pemain tersebut,” ungkap Evra, menekankan pentingnya ritiro.

Setelah ritiro dilakukan, hasilnya pun tampak nyata. Sikap para Juventino dalam duel melawan Torino sungguh memesona. Mereka berjuang bak duel tersebut merupakan partai final, mengesampingkan sisi teknis yang harus diakui masih belum membaik signifikan.

Kita disuguhi deretan respons kelas dunia Gigi Buffon, kekompakan luar biasa lini belakang yang diwakilkan Simone Padoin, pengaturan tempo sempurna ala Claudio Marchisio dan Anderson Hernanes, gol berkelas yang mulai jarang kita lihat dari Paul Pogba, hingga permainan yang ‘ajaibnya’ taktis dari sang pahlawan kemenangan, Juan Cuadrado. Ya, Lo Spirito Juve kini mulai meresap dalam relung sukma para Juventino!

Juve masih harus perbaiki sisi teknis dan permainan

Tak cukup bila hanya mentalitas saja yang sudah terbangun. Juve juga harus berkembang secara teknis dan hal itulah yang tak cukup signifikan terlihat dalam duel hadapi Torino. Kelemahan ini bisa jadi bumerang dalam partai yang lebih krusial, seperti di ajang Liga Champions misalnya.

Dalam laga tersebut, untuk kesekian kali Allegri menegaskan jika dirinya masih belum menemukan komposisi terbaik timnya musim ini. Formasi menghadapi Torino, merupakan eksperimen ke-13 sang allenatore dari 15 pertandingan resmi yang sudah dilakoni sepanjang musim ini!

Formasi 4-3-1-2 diterapkan di awal laga, dengan menghadirkan Hernanes sebagai trequartista. Hanya sembilan menit karena Khedira cedera, formasi berubah seketika menjadi 4-3-3 dengan memasukkan Cuadrado yang seorang winger murni. Hernanes kemudian berperan sebagai gelandang tengah bersama Pogba, mengapit posisi Marchisio sebagai regista. Ketiganya bermain rapi dan kompak.

Sorotan utamanya justru ada di lini depan, di mana Paulo Dybala ditempatkan sebagai ujung tombak atau lebih ringkas sebagai false nine, sementara Alvaro Morata menempati pos winger kiri. Antiteori coba dimainkan Allegri, karena dirinya pasti paham jika Dybala merupakan tipe striker kedua yang doyan bermain melebar, sementara Morata adalah poacher yang merupakan monster di kotak penalti lawan. Hasilnya? Mengecewakan.

Morata memang tak bisa dibilang tampil jelek karena ia bermain amat ngotot dan pantang menyerah, tapi tetap saja dirinya tak mampu memberi penetrasi berkelas dari sisi pertahanan lawan selayaknya winger sejati. Sementara Dybala terlihat sekali kebingungan dengan peran barunya dan bermain terlampau jauh ke dalam.

Alhasil, serangan La Vecchia Signora berulang kali terputus ketika sampai di lini depan, sehingga kerap memaksakan serangan dari lini kedua atau lewat situasi bola mati. Untungnya perubahan mepet yang dilakukan Allegri dengan mengganti Morata dan Dybala dengan Alex Sandro dan Mario Mandzukic berbuah hasil instan, sehingga Juve mengakhiri laga dengan kemenangan.

Menilik situasi tersebut, kini tanggung jawab sepenuhnya ada di tangan Allegri. Seperempat jalan musim ini sudah dilalui dan sang juru taktik harus segera menemukan ramuan terbaik, karena Juve wajib kembali ke jalur yang benar tanpa menunggu waktu lebih lama lagi.