indolivescore.com – Manchester United (MU) tak pernah juara EPL sejak musim 2012-13. Pada musim ini, MU telah tersisih dari persaingan menuju juara. Bahkan peluang menuju Liga Champions musim depan relatif kecil. Namun klub bernama julukan “Setan Merah” ini masih tetap paling menguntungkan di dunia.
Forbes melaporkan, MU menduduki peringkat pertama daftar keuntungan klub sepak bolaper musim 2014-15. MU mencatat keuntungan USD190 juta atau dengan nilai tukar kurs saat ini adalah sekitar Rp2,5 triliun.
Angka menggunakan basis nilai tukar pada Juni 2015 dan adalah keuntungan (kotor) sebelum bunga, pajak, depresiasi, penyusutan, dan transfer beli/jual pemain.
Daftar itu didominasi klub-klub Inggris. Bahkan di kelompok lima besar, ada tiga klub lain Inggris yang “menemani” MU. Yakni; Manchester City di peringkat tiga (131 juta), Arsenal peringkat empat (122 juta), dan Liverpool (115 juta).
Secara keseluruhan lima klub Inggris masuk daftar itu, termasuk Tottenham Hotspur di peringkat delapan. Spanyol “mengirim” Real Madrid (peringkat dua) dan Barcelona (enam) seperti halnya Jerman mengirim Schalke (sembilan) dan Bayern Muenchen (10).
Juventus menjadi wakil tunggal Italia yang masuk 10 besar (posisi tujuh) dengan keuntungan USD81 juta. Menurut Football Italia, keberhasilan Juve masuk ke daftar berkat keberhasilan mencapai final Liga Champions dan menjuarai Serie A serta Piala Italia.
Di sisi lain, ada ironi di balik daftar ini. Klub sepak bola senantiasa mampu meraih keuntungan (kotor). Tetapi analis keuangan Forbes, Mike Ozanian, menilai klub sepak bolatidak menarik untuk aktivitas investasi.
Ozanian menunjukkan aktivitas harga saham MU di Bursa Efek New York. Sejak meluncur ke publik (IPO) pada 2012, harga saham MU selalu mengecewakan.
Yahoo Finance menunjukkan harga saham MU turun dari USD18,99 (November 2015) hingga USD14,41 pada perdagangan hari Selasa (19/4). Bahkan pernah pula anjlok hingga di bawah USD14 pada Februari 2016.
Lalu mengapa ironi ini bisa terjadi? Padahal nilai jenama ( brand value) MU dalam industri sepak bola masih nomor tiga di dunia. The Telegraph punya jawabannya.
Pertama, risiko terlempar dari empat besar klasemen EPL. Kedua, masa depan tak menentu dalam jangka panjang. Dan ketiga, kesulitan bersaing di papan atas.
Artinya MU hanya menarik dari sisi sponsor komersial, bukan investasi. Antara lainsponsor kostum. Itu sebabnya, Januari lalu, MU diprediksi bakal menggusur Real Madrid dari puncak Money League ala Deloitte.
Tetapi MU juga berpeluang kehilangan uang besar dari Adidas sebagai sponsor apparel.The Independent mengabarkan, nilai sponsor Adidas bisa turun 30 persen dari GBP750 juta menjadi GBP52 juta apabila MU gagal masuk empat besar EPL pada akhir musim 2016-17.