Skandal Pemain Naturalisasi: FAM Ajukan Banding atas Sanksi Berat dari FIFA
KUALA LUMPUR – Dunia Sepak Bola Malaysia Kembali Bergolak
Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) kembali menjadi sorotan setelah FIFA menjatuhkan sanksi berat berupa denda dan larangan bermain kepada tujuh pemain naturalisasi. Keputusan ini menimbulkan kehebohan besar di kalangan pencinta sepak bola Malaysia yang selama ini mendukung penuh program naturalisasi pemain asing.
FIFA menilai FAM telah menyerahkan dokumen palsu berupa akta kelahiran kakek-nenek para pemain yang digunakan untuk memperoleh kelayakan bermain bagi tim nasional Malaysia.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis FIFA, tindakan tersebut dikategorikan sebagai “bentuk penipuan yang tidak dapat dimaafkan”, karena melanggar prinsip fair play dan integritas olahraga.
Detail Sanksi FIFA untuk FAM dan Para Pemain
Keputusan FIFA yang dikeluarkan pada 25 September 2025 menyebutkan bahwa FAM dijatuhi denda sebesar 350.000 franc Swiss (sekitar RM1,85 juta).
Sementara itu, tujuh pemain naturalisasi masing-masing didenda 2.000 franc Swiss dan dilarang berpartisipasi dalam semua kegiatan sepak bola selama satu tahun.
Ketujuh pemain yang dimaksud adalah:
-
Facundo Tomas Garces
-
Rodrigo Julian Holgado
-
Imanol Javier Machuca
-
Gabriel Felipe Arrocha
-
Jon Irazabal Iraurgui
-
Hector Alejandro Hevel Serrano
-
Joao Vitor Brandao Figueiredo
Para pemain ini sebelumnya menjadi pahlawan kemenangan Malaysia atas Vietnam dengan skor 4-0 pada kualifikasi Piala Asia, di mana Holgado dan Figueiredo turut menyumbang gol.
FAM: “Kami Tidak Pernah Berniat Melanggar Aturan”
Dalam tanggapannya, FAM menegaskan bahwa semua dokumen telah diproses sesuai prosedur hukum yang berlaku. Mereka menolak tuduhan bahwa federasi dengan sengaja memalsukan dokumen.
“Tidak ada bukti bahwa dokumen tersebut palsu. Semua proses dilakukan secara resmi oleh FAM,” tulis FAM dalam pernyataan di media sosial.
FAM juga menegaskan bahwa para pemain bertindak dengan niat baik dan mempercayakan seluruh proses kepada pihak federasi. Saat ini, mereka tengah menyiapkan banding resmi ke Komite Banding FIFA dalam batas waktu tiga hari setelah menerima pemberitahuan keputusan.
Respons Publik dan Pemerintah Malaysia
Kasus ini langsung mendapat perhatian serius dari Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, Hannah Yeoh, yang meminta FAM menjelaskan semua temuan FIFA secara terbuka. Ia menilai publik Malaysia merasa kecewa dan dikhianati karena kasus ini mencoreng reputasi sepak bola nasional.
Sementara itu, Tunku Ismail Sultan Ibrahim, pemilik klub Johor Darul Ta’zim, mempertanyakan alasan FIFA mengubah keputusan yang sebelumnya telah menyetujui proses naturalisasi pemain tersebut.
“Kalau sebelumnya disetujui, mengapa sekarang dibatalkan?” tulisnya di platform X (Twitter).
Asal Mula Pengaduan dan Proses Penyelidikan FIFA
Berdasarkan laporan, FIFA menerima pengaduan terkait kelayakan lima pemain sehari setelah laga melawan Vietnam. Setelah melakukan penyelidikan mendalam, FIFA menemukan bahwa akta kelahiran yang diserahkan FAM tidak sesuai dengan catatan negara asal para pemain.
Departemen Registrasi Nasional Malaysia (NRD) juga disebut tidak memiliki catatan asli dari dokumen tersebut, dan hanya menerbitkan salinan berdasarkan data sekunder. Hal ini memperkuat dugaan bahwa proses verifikasi dokumen dilakukan tanpa dasar kuat.
Malaysia Tetap Fokus Hadapi Laga Piala Asia
Meski dilanda kontroversi, pelatih Malaysia Peter Cklamovski memastikan tim nasional tetap fokus menghadapi dua laga kualifikasi Piala Asia melawan Laos pada 10 dan 14 Oktober mendatang. Ia kabarnya akan menurunkan skuad dengan komposisi pemain lokal yang lebih banyak.
Kesimpulan
Kasus ini menjadi ujian besar bagi FAM dalam menjaga integritas dan kredibilitas sepak bola Malaysia di mata dunia. Langkah banding yang akan diajukan diharapkan dapat memberikan kejelasan hukum dan membuktikan bahwa federasi tidak melakukan pelanggaran yang disengaja.
Di sisi lain, kasus ini menjadi pelajaran penting bagi semua federasi sepak bola di Asia untuk lebih berhati-hati dalam proses naturalisasi pemain asing.