Site icon Berita Sepak Bola Terkini | scoreindonesia

Inter Milan Diharap Tak Lakukan Kesalahan Seperti PSG

Eks kiper Inter Milan Gianluca Pagliuca berharap Inter tak melakukan kesalahan yang sama seperti PSG usai berhasil mendatangkan Andre Onana.

Inter Milan kini punya dua kiper hebat. Mereka sebelumnya sudah diperkuat oleh pernjaga gawang berpengalaman dalam diri Samir Handanovic.

Namun kini mereka juga akan diperkuat oleh Andre Onana. Ia direkrut secara gratis dari Ajax Amsterdam.

Ia memang baru akan gabung dengan Inter pada akhir musim ini. Namun Onana akan tetap bersaing dengan Handanovic karena ia masih akan bertahan di Giuseppe Meazza pada musim 2022-23 mendatang.

Samir Handanovic sudah membela Inter Milan sejak tahun 2012 silam. Kini ia makin sepuh karena sudah berumur 37 tahun. Namun ia masih tetap jadi kiper utama Inter Milan. Kiper asal Slovenia itu pun mendapatkan pujian dari Gianluca Pagliuca.

“Handanovic masih penjaga gawang yang hebat, ia tidak terkalahkan selama lebih dari 500 menit musim ini. Ia membuat beberapa kesalahan di awal musim, tapi ia tetap penjaga gawang yang hebat,” kata Pagliuca kepada Sky Sport Italia.

Gianluca Pagliuca kemudian membahas persaingan yang nanti akan terjadi antara Samir Handanovic dengan Andre Onana. Ia mengatakan kedua kiper itu sama berkualitasnya.

Simone Inzaghi bisa saja kesulitan menentukan siapa yang lebih layak mendapat jatah main lebih banyak. Pagliuca pun berharap nantinya Inzaghi bisa mengambil keputusan dengan bijak terkait siapa yang pantas mengawal gawang Inter secara reguler agar kekisruhan seperti di PSG tak terjadi di Inter Milan.

“Ia harus menghindari kekacauan yang sama seperti PSG. Saya tidak berpikir Onana akan menjadi starter reguler sejak awal. Saya pikir ia perlahan akan menjadi starter memainkan beberapa pertandingan di Coppa Italia dan Serie A,” tuturnya.

“PSG memiliki dua kiper top seperti Donnarumma dan Navas, tetapi mereka tidak pernah tahu siapa yang bermain. Pochettino tidak menangani situasi ini dengan baik,” kritik Pagliuca.

“Tidak ada logika dalam keputusannya. Ketika Donnarumma memainkan permainan yang bagus, ia masuk ke bangku cadangan di pertandingan berikutnya. Semuanya tampak cukup acak. Seandainya ia memilih satu penjaga gawang untuk pertandingan piala dan satu untuk liga, itu akan lebih logis,” cetusnya.