Site icon Berita Sepak Bola Terkini | scoreindonesia

Dari Pengungsi Menjadi Bintang Sepakbola Terkenal

indolivescore.com – Dari Pengungsi Menjadi Bintang Sepakbola Terkenal

Benteke, Shaqiri, Edin Dzeko, Dejan Lovren dan beberapa pemain lainnya, pernah merasakan nasib sebagai pengungsi yang kembali menjadi perhatian dunia saat ini…

Akhir-akhir ini, kita melihat lautan pengungsi keluar dari Suriah dan Afghanistan…berusaha masuk ke negara-negara Eropa untuk mengamankan masa depan diri dan anak-anak mereka. Orang-orang tak berdosa menjadi korban konflik, kelaparan dan hidup yang tidak layak, dan mereka nekat untuk keluar meski dihadapkan dengan ketidakpastian.


Beberapa bintang besar sepakbola telah bergabung untuk mendukung para pengungsi, seperti Lionel Messi, Thiago Alcantara dan juga Bayern Munich dan Real Madrid.

“Kami harus membantu mereka sebanyak yang kita bisa. Dan apapun yang Anda lakukan, itu tidak akan cukup untuk memiliki kehidupan normal seperti yang mereka layak dapatkan,” ujar Thiago yang menyumbang pakaian, bola dan lain-lain.

Peristiwa yang melibatkan jumlah pengungsi yang sangat banyak tidak hanya terjadi kali ini saja, sebelumnya proses demokrasi mengobarkan peperangan di beberapa negara Afrika dan juga Yugoslavia yang kini telah terpecah. Dan kemudian orang tua dengan anak-anak kecil mereka meninggalkan rumah untuk mencari masa depan yang lebih baik dan lebih aman, dan ketika melihat ke arah itu, sepakbola sepertinya menjadi salah satu aspek penting.

Negara-negara Eropa yang biasanya menjadi tujuan memberikan kondisi yang lebih baik bagi para pemain muda, yang mungkin tidak akan secemerlang saat ini tanpa melalui proses menjadi seorang pengungsi.

Christian Benteke, striker Liverpool yang sebelumnya membela Genk, Standard Liege dan Aston Villa

Bulan lalu, Christian Benteke menandatangani kontrak dengan Liverpool dan ia menjadi harapan besar bagi The Reds untuk menjadi mesin pencetak gol. Tetapi, 22 tahun silam, dia mungkin tidak membayangkan ia bisa menjelma menjadi monster di atas lapangan seperti sekarang…

Benteke adalah salah satu pemain paling terkenal yang keluar dari dunia pengungsian. Pada 1993, saat berusia tiga tahun, dia dibawa orang tuanya lari dari perang yang terjadi di Kongo (dahulu Zaire) ke Belgia. Meski mereka tidak berada di bawah ancaman langsung, sang ayah yang seorang tentara, memprediksi perang akan segera mencapai wilayah mereka dan dia tidak ingin mengambil resiko keamanan keluarganya.

Mereka pindah ke Liege, Belgia, di mana dia tinggal dengan beberapa anggota keluarga lain. Benteke tidak pernah mengunjungi negara kelahirannya hingga ia kini menjadi striker andalan timnas Belgia dengan 24 caps dan tujuh gol.

Fabrice Muamba, mantan pemain Arsenal, Birmingham dan Bolton

Britania Raya menjadi tanah yang dijanjikan untuk pemain sepakbola yang terpaksa pergi ke Eropa untuk membangun ulang kehidupan. Dan itulah yang terjadi pada Fabrice Muamba, eks pemain Arsenal. Muamba yang mengalami insiden pada Maret 2012 (jantungnya sempat berhenti selama 78 menit) membuat ia harus gantung sepatu dini pada usia kurang dari 24 tahun dan hanya setelah itu perjalanan kehidupannya diketahui banyak orang.

Seperti Benteke, Muamba lahir di Kinshasa, Kongo, di mana perang saudara terjadi. Ayahnya secara terang-terangan mendukung rezim politik yang dijatuhkan, sehingga harus meninggalkan negara. 

Dengan pasukan anti-Mobutu mengejarnya, ayah Muambu mengungsi di Inggris. Setelah lima tahun, ia diberikan suaka yang mengizinkannya sisa anggota keluarganya bergabung dengan dirinya di Inggris.

Meskipun tidak ada satupun keluarga Muamba yang dapat berbicara bahasa Inggris saat mereka datang, orang tuanya tidak pernah menyesal memutuskan untuk datang ke Inggris. Mereka memberi kesempatan kepada anaknya untuk memperdalam akademis dan sepakbola.

“Latar belakang saya memaksa saya mengambil kesempatan yang saya miliki di sepakbola. Saya ingin membangun kehidupan yang lebih baik untuk keluarga. Saat kecil, saya tidak bermimpi menjadi pemain sepakbola, tetapi saya memaksimalkan setiap peluang yang diberikan,” ujar Muamba.

.

Xherdan Shaqiri, pemain Stoke City yang pernah memperkuat Basel, Bayern dan Inter

Xherdan Shaqiri lahir pada 1991 di Gjilan yang berada di daerah selatan Kosovo, keluarga Shaqiri berasal dari Albania yang meninggalkan negara pada 1992. Kosovo pada masa-masa perpecahan Yugoslavia adalah daerah yang tidak aman dengan banyaknya kerusuhan.

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, Shaqiri dan dua saudara laki-laki dan satu saudara perempuan pindah ke Swiss, di kota Augst, dekat Basel. Di sana, ia memerkan kualitas permainannya dan membuat tim pemantau Basel mencium bakatnya ketika masih berusia delapan tahun.

“Saya ingat hari ketika saya dipantau Basel. Saya menangis dan tidak ingin pergi, tetapi ayah saya akhirnya mampu meyakinkan saya. Setelah itu, setiap hari dia mengantar saya pergi ke latihan dengan bus,” ujar Shaqiri.

Kini, ia memperkuat klub Liga Primer Inggris, Stoke City, setelah sebelumnya membela dua klub raksasa Eropa, Bayern Munich dan Internazionale.

Edin Džeko, pemain AS Rome, yang sebelumnya memperkuat Wolfsburg dan Manchester City

Dzeko menjadi korban dari perpecahan Yugoslavia pada tahun 1990-an yang menimbulkan salah satu migrasi terbesar di dunia. Perang berkecamuk, dan yang paling parah terjadi di Bosnia & Herzegovina, di mana menurut laporan resmi ada 2,2 juta orang melarikan diri.

Sebagian besar pemain tim nasional Bosnia & Herzegovina berada di antara pelarian tersebut, tetapi tidak Dzeko yang menghabiskan masa kecilnya di Sarajevo saat perang dan hanya enam orang yang selamat dari pembantaian anak-anak di Sarajevo.

“Saya ingat menangis keras saat masih kecil karena saat itu kapanpun seseorang bisa tertembak. Ibu menyelamatkan nyawa saya, ketika saya pernah tidak diizinkan bermain sepakbola di lapangan. Beberapa menit kemudian, selongsong peluru berjatuhan dan banyak teman saya terbunuh,” ujar Dzeko.

Namun, Dzeko tetap fokus mengembangkan kemampuan sepakbolanya di trotoar yang penuh lubang peluru. Dan dia sukses! Ia akhirnya meninggalkan tanah kelahirannya ke Republik Ceska di mana dia hanya membutuhkan dua tahun untuk menarik minat Felix Magath dan Wolfsburg, sisanya adalah sejarah…

Asmir Begović, penjaga gawang Chelsea, yang pernah memperkuat Portsmouth dan Stoke City

Tidak seperti Dzeko, mereka yang memiliki rumah di Bosnia & Herzegovina saat perang terjadi harus segera angkat kaki, yaitu Asmir Begovic, Vedad Ibisevic, Haris Medunjanin, Dejan Lovren, Vedran Corluka dan Mario Stanic.

Begovic masih berusia empat tahun saat meninggalkan tanah kelahirannya, Trebinje. Keluarganya pergi ke Jerman dan kemudian ke Kanada, di mana dia bermain di tim nasional junior. Karirnya terangkat oleh klub Inggris, Portsmouth, hingga sekarang ia membela salah satu klub raksasa Eropa, Chelsea.

“Saya masih kecil, tetapi saya tahu bahwa kota-kota di negara saya dibom, dan orang-orang harus bersembunyi di bawah tanah,” kenang Begovic saat diwawancara British Independent.

Dejan Lovren, bek Liverpool, mantan penggawa Lyon dan Southampton

Karena perang Bosnia & Herzegovina, Dejan Lovren harus pergi meninggalkan tanah kelahirannya. Ia dilahirkan di Kraljeva Stjeska, sebuah desa kecil di Bosnia tengah dan pada awal perang, keluarganya pergi ke Jerman.

Tetapi mereka akhirnya terusir dari Jerman karena gagal melengkapi dokumen yang dibutuhkan. Mereka akhirnya memutuskan untuk bertahan di Karlovac. Lovren tetap menunjukkan bakatnya dalam sepakbola sehingga menerima tawaran dari Dinamo Zagreb saat masih duduk di bangku sekolah menengah.

“Kami pindah demi keamanan saya. Saya gembira di Jerman, tetapi suatu hari kami diberitahu bahwa kami harus pergi karena tidak memiliki dokumen yang dibutuhkan. Memulai kembali sungguh sulit, sekolah baru, teman baru. Ibu saya bekerja dengan gaji minimal, dan ayah tidak bisa menemukan pekerjaan,” kenang Lovren.

Vedran Ćorluka, mantan pemain Manchester City, dan Tottenham yang kini memperkuat Lokomotiv Moskwa

Vedran Corluka musim dinign ini untuk pertama kali selama 22 tahun kembali ke tempat di mana dia dan keluarganya keluar mengungsi. Ia lahir di Doboj (Bosnia) tetapi pada perang 1992, ia pindah ke Zagreb. Dua tahun berselang, ketika berusia delapan tahun, ia masuk ke tim akademi Dinamo Zagreb, yang menjadi pijakan awal dari karir cemerlangnya.

“Kembali ke tempat saya dibesarkan. saya meninggalkan tempat ini ketika masih berusia enam tahun,” tulis Corluka dalam media sosial beserta gambar di mana ia mengunjungi tanah kelahirannya sekali lagi.