Presiden DFB (Deutsche Fussball Liga), Fritz Keller, menginginkan adanya pembatasan gaji di dunia sepak bola Jerman. Bagi Fritz, saat ini nilai transfer atau gaji para pemain sudah dirasa berada dalam posisi tidak normal.
Dalam beberapa tahun terakhir terjadi lonjakan harga yang fantastis ketika bursa transfer datang. Tak hanya itu, pemain yang harganya melangit di masa transfer pun juga mendapatkan gaji yang tinggi di klubnya.
Nilai transfer tertinggi saat ini saja sudah mencapai 222 juta euro yang dipegang oleh Neymar. Gaji para pemain yang bisa mencapai miliaran rupiah per pekan dirasa tidak masuk akal.
Keller merasa bahwa hal tersebut tidak akan bagus bagi industri sepak bola di masa depan. Tingginya nilai uang yang dibicarakan saat ini dirasa Keller memberikan jarak antara sepak bola dengan suporter sendiri.
“Kita harus membawa sepak bola profesional lebih dekat lagi dengan masyarakat. Untuk itu kita harus mulai berpikir soal salary cap. Komisi untuk agen pemain dan tingginya transfer pemain membuat sepak bola terasa jauh dari masyarakat,” ujar Keller.
Menariknya, Keller tak sendirian dalam hal ini. Ia mengaku telah mendapatkan dukungan dari CEO Bayern Munchen, Karl-Heinz Rummenigge.
Keduanya bahkan sudah menyiapkan strategi untuk melangkah lebih jauh, yakni meyakinkan UEFA agar mendukung rencana mereka. Meski sebenarnya, UEFA sendiri sudah punya usulan seperti itu sejak era Michel Platini namun selalu kandas.
“Kita harus serius terkait salary cap dan saya senang mendapatkan dukungan dari Karl-Heinz Rummenigge. Untuk itu kami akan membuat surat pada Presiden UEFA, Aleksander Ceferin,” tambah Keller seperti dikutip dari Goal.
Masa pandemi COVID-19 dianggap Keller sebagai saat yang tepat untuk membicarakan soal salary cap itu. Di saat dunia sedang berduka, maka sepak bola pun harus punya peran penting untuk mengembalikan semangat kehidupan.
Liga Jerman sudah melakukannya dengan menjadi satu-satunya kompetisi kelas atas yang bergulir lagi sejak akhir pekan kemarin. Tapi bagi Keller hal itu masih belum cukup. Perlu ada langkah lain agar memangkas jarak dengan masyarakat yang timbul dari sisi keuangan.
“Krisis yang terjadi saat ini seakan mengingatkan kita akan masalah besar di sepak bola. Selama ini masalah tersebut seolah tertutupi oleh berbagai berita soal nilai transfer pemain.”
“Saya melihat bahwa sepak bola punya tanggung jawab untuk berkontribusi. Melakukan tindakan pencegahan dan tes dalam skala besar akan sangat berguna selagi vaksin virus tersebut belum ditemukan.”