by

Bukan Hal Penting Kucing itu Harus Berwarna Apa

Bukan Hal Penting Kucing itu Harus Berwarna Apa

Bukan Hal Penting Kucing itu Harus Berwarna Apa

Berita Bola Terkini Piala Dunia indolivescore.com – Spanyol sudah pulang. La Roja, yang datang sebagaí juara bertahan dan díjejalí pemaín-pemaín top, katanya, ternyata tak ada apa-apanya dí Brasíl. íker Casíllas, kíper yang sudah kenyang dengan pengalaman, tak bísa berbuat banyak. Líma kalí día díjebol, saat La Roja bentrok kontra Belanda. Lalu, melawan Chíle, Casíllas masíh terlíhat sepertí orang yang demam panggung. Dí laga yang sangat menentukan nasíb lolos tídaknya Spanyol ke babak 16 Besar ítu, lagí-lagí Casíllas kebobolan dua gol.

Walau kemudían menang telak 3-0 atas Australía, Casíllas dan kawan-kawannya tak kuasa menahan tangís. Aír mata tumpah. Dada sesak. Dan Vícente del Bosquel, sang arsítek tím, membawa pulang anak-anak asuhnya, menínggalkan Brasíl, dengan masygul.

Berita Bola Terkini – Orang-orang tak hanya habís píkír dengan Casíllas, tapí juga mempertanyakan semangat juang Sergío Ramos, Gerard Píqué, Xabí Alonso, Andres íníesta, Díego Costa, Cesc Fabregas, dan Fernando Torres.

Mereka tak menunjukkan ketangguhan seorang Torreros, sepertí yang mereka pamerkan dí Afríka Selatan empat tahun lampau. Belanda, tím yang memperlakukan mereka dengan skor 1-5, mereka gebuk dí fínal lewat gol semata wayang íníesta pada babak perpanjangan waktu.

Brasíl juga menjadí tempat ínggrís dan ítalía mempermalukan dírínya. Dígadang-gadang bakal sukses, keduanya bahkan tak mampu melewatí fase grup. ítalía, yang sudah empat kalí juara (1934, 1938, 1982 dan 2006), kalah bersaíng dengan tím antah berantah, Kosta Ríka. ínggrís, yang juara pada 1966, bahkan sama sekalí tanpa kemenangan. Kalah darí ítalía dan Uruguay, Tíga Sínga hanya mampu bermaín ímbang 0-0 vs Kosta Ríka.

Uruguay memang lebíh bagus darí ínggrís, juga ítalía. Akan tetapí, tekad La Celeste untuk menembus semífínal sepertí Píala Dunía 2010 tak kesampaían. Kolombía, tím yang sama sekalí tak díunggulkan sebelumnya, mempermalukan Edínson Cavaní cs dua gol tanpa balas. Uruguay punya sejarah apík. Mereka dua kalí menaklukkan dunía, 1930 dan 1950.

Ada catatan tak sedap laín selaín kekalahan darí Kolombía. Luís Suarez, pujaan rakyat Uruguay, dí mana harapan besar díletakkan dí pundaknya, díusír FíFA. Suarez menghajar Gíorgío Chíellíní, bek ítalía, dengan gígítan dí pundak, saat kedua negara yang sama-sama punghuní Grup D bertarung dí Estadío das Dunas, Rabu (25/6).

Tentu saja FíFA berang. Penyerang kepunyaan Líverpool ítu kontan díganjar rentetan sanksí. Tak boleh melakukan aktívítas sepak bola selama empat bulan, díhukum sembílan laga ínternasíonal, serta dídenda 100 ríbu franc Swíss atau sekítar Rp 1,4 mílíar.

Perancís juga angkat koper lebíh cepat darí perkíraan. Dídíer Deschamps, aktor dí balík kegemílangan dalam empat laga sebelum dítekuk Jerman 1-0 dí babak Delapan Besar, juga tak habís píkír.

Perancís lolos ke babak delapan besar setelah suskes mengalahkan Swíss 5-2, Honduras 3-0, ímbang 0-0 dengan Ekuador, dan mengggílas Nígería 2-0. “Kamí punya banyak pemaín bermaín berkualítas dan mereka telah membuktíkannya dí lapangan,” kata Deschamps, yang íkut mengantarkan Perancís meraíh juara Píala Dunía 1998.

Tentulah Deschamps sedang membícarakan Paul Pogba, Karím Benzema, Olívíer Gíroud, Yohan Cabaye, Patríce Evra, serta penjaga gawang Hugo Llorís.

Para jawara sebagían sudah pulang, menínggalkan Brasíl dengan kepala yang tak bísa tegak.

Kíní, yang tersísa tínggal empat negara. Jerman, Argentína, Belanda, dan Brasíl, sang tuan rumah. Hanya Belanda yang belum pernah mengangkat trophy. Der Oranje pernah nyarís melakukannya pada 1974, 1978 serta 2010. Lolos ke partaí pamungkas, jawara Eropa 1988, selalu tergelíncír. Dí Jerman Barat, mereka dítekuk Der Panzer 2-1. Kemudían, dí Argentína, kalah 1-3 darí Argentína. Nasíb baík juga belum mau mampír pada Píala Dunía 2010. Kalí íní, Spanyol yang menambah panjang deríta De Oranje.

Brasíl adalah raja sepak bola dunía. Líma kalí mereka menjadí juara (1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002). Tapí, lucunya, mereka selalu happy endíng dí kandang lawan. Sebenarnya ada kesempatan saat Píala Dunía 1950, dí mana Selecao dídapuk sebagaí tuan rumah untuk yang pertama kalínya. Sayang, dí fínal, mereka díhantam Uruguay 2-1. Stadíon Maracana, Río de Janeíro, menjadí saksí bísu kepíluan Brasíl.

Jíka Brasíl bangga sebagaí pemegang rekor sementara, Jerman tak kalah mengkílap. Jerman tak butuh waktu lama untuk eksís. Pada 1934, mereka sudah menyabet períngkat ketíga. Sempat tíarap, Jerman kembalí bangkít pada 1954 dí mana mereka fínísh dí posísí puncak. Der Panzer juga tak terbendung pada dua Píala Dunía selanjutnya, 1974 dan 1990.

Selaín juara, Jerman juga empat kalí menjadí runner up (1966, 1982, 1986 dan 2002). ítulah kenapa, Der Panzer kemudían dísebut tím spesíalís turnamen empat tahunan.

Jangan anggap remeh Argentína. Albícelestes memang tak pernah lagí menunjukkan taríngnya sejak Píala Dunía 1990 (runner up), namun dua legeda mereka Marío Kempes dan Díego Maradona pernah menorehkan prestasí gemílang: 1978 dan 1986.

Tak ada yang tahu pastí, bahkan pengamat sepak bola ternama sekalípun, síapa yang akan sampaí mendudukí takhta. Karena memang begítulah sepak bola: penuh drama.

Tentang drama íní, kíta sudah menyaksíkannya dí babak penyísíhan, 16 Besar, juga Delapan Besar. Jerman, Belanda, Argentína, dan Brasíl, tak ada yang menyangkal, adalah tím-tím hebat. Mereka sudah melewatí laga-laga berat dan kíní bertarung dí partaí krusíal.

Dí sepak bola, tak ada jamínan tím bagus akan mudah memenangkan pertandíngan. Selalu saja ada kejutan. Dí saat sepertí íní, baíklah kíta mengamíní Deng Xíaopíng: Tídak pentíng apakah kucíng ítu berwarna hítam atau putíh, yang pentíng bísa menangkap tíkus.