by

Bali United, Kekuatan Baru Industri Sepakbola Indonesia

indolivescore.com – Baru dua tahun pindah ke Bali, Bali United sudah membuat banyak gebrakan untuk menuju klub sepakbola profesional. indolivescore.com mengunjungi langsung kandang mereka di Pulau Dewata untuk mencari tahu tentang klub berjuluk Serdadu Tridatu ini…

Kurang lebih tepat satu tahun yang lalu, banyak klub gulung tikar ketika sepakbola Indonesia berhenti total akibat perseteruan antara pemerintah dan PSSI yang berpuncak dengan dibekukannya PSSI oleh Kemenpora, yang imbasnya adalah kehadiran sanksi dari FIFA. Dibekukannya PSSI oleh Kemenpora secara otomatis membuat kompetisi Indonesia Super League dihentikan. Hal ini pun menyebabkan efek domino yang berdampak buruk bagi seluruh insan sepakbola nasional.

Ketiadaan kompetisi membuat beberapa klub memutuskan untuk hibernasi dari persepakbolaan nasional setidaknya sampai kompetisi kembali dihelat. Memang, tidak semua klub mengambil keputusan tersebut. Sejumlah klub, di antaranya Arema Cronus, Persib Bandung, Persija Jakarta dan Bali United bahkan masih terus berbenah diri dan menempa tim melalui beberapa turnamen yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta.

Klub terakhir yang saya sebut adalah salah satu klub yang paling menarik perhatian saya, bahkan ketika otoritas sepakbola negeri pertiwi ini dibekukan. Dengan banyak alasan, saya pribadi menyimpan kekaguman terhadap klub yang semula adalah hasil peleburan dua klub asal Kalimantan, Putra Samarinda dan Persisam.

Bagaimana tidak? Sejak pindah ke Bali dan mengganti nama menjadi Bali United Pusam, klub yang dimiliki oleh pengusaha asal Jakarta, Yabes Tanuri, itu langsung mengambil langkah cepat dan cerdas. Salah satunya adalah menunjuk Indra Sjafri sebagai komando Serdadu Tridatu. Siapa yang tak tahu pelatih kelahiran Padang yang identik dengan kumisnya itu. Beliau adalah salah satu tokoh sepakbola terpopuler di negeri ini setelah sukses membawa anak-anak Indonesia meraih gelar juara Piala AFF U-19 2013 silam setelah mengalahkan tim nasional U-19 Vetnam melalui drama adu penalti. Namanya pun makin melambung seiring penampilan apik Evan Dimas cs yang sukses menundukkan tim nasional Korea Selatan U-19 di ajang kualifikasi Piala Asia dua tahun lalu.

 

Bukan cuma kisahnya yang sukses membawa timnas U-19 berjaya yang membuat publik kagum padanya. Cerita-cerita tentang aksi ‘blusukan’-nya dalam mencari pemain untuk timnas U-19 juga membuatnya dihormati.

Visi serta misi yang sama antara Yabes dan Indra Sjafri membuat keduanya sepakat menjalin kerja sama. Jadilah, pelatih hasil didikan Suhatman Imam, “guru besar” sepakbola Sumatra Barat yang juga menjadi mentor Nil Maizar dan Jafri Sastra, itu diangkat sebagai pelatih-manajer di Bali United. Tidak… kalian tidak salah dengar. Indra Sjafri memang menjabat sebagai pelatih dan manajer, sesuatu yang memang belum lumrah bagi klub-klub Indonesia, meski sebenarnya ini sudah lebih dulu diterapkan oleh Arema Indonesia saat mendiang Miroslav Janu masih menjabat sebagai pelatih pada medio 2010. Dengan sistem seperti itu, maka komunikasi yang terjalin antara owner dan manajer bisa berjalan dengan lancar. Indra Sjafri pun memegang kendali penuh atas aspek olahraga di Bali United.

Selayaknya klub yang sedang berjalan menuju profesional, Bali United memiliki sejumlah program CSR (tanggung jawab sosial perusahaan) di antaranya aksi sosial klub, gerakan sejuta bola, coaching clinic gratis, goes to school selain juga aspek olahraga yang penting bagi masa depan klub seperti pembentukkan tim akademi untuk anak-anak usia muda. Sejumlah turnamen internal klub yang dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia juga membuat branding Bali United sebagai klub profesional semakin terlihat nyata.

Pergerakan Bali United untuk memantapkan branding mereka di Indonesia memang sangat serius. Klub ini sangat memperhatikan hal sekecil apapun. Saat berbincang dengan Indolivescore di sebuah hotel di Bali pekan lalu, sang pemilik, Yabes Tanuri, mengatakan bahwa untuk membangun sebuah industri sepakbola yang konsisten harus dimulai dengan susunan manajemen yang solid sehingga semua aspek bisa terpenuhi. Salah satu contoh penting keseriusan Bali United, menurut pengakuan Yabes, adalah bagaimana total karyawan di bagian marketing Bali United saat ini berjumlah 14 orang. Dengan jumlah karyawan sebanyak itu, tentu pihak klub tak lagi pusing dalam urusan hal-hal di luar teknis olahraga seperti kebutuhan merchandise, sponsor dll.

 

bali-united-pusam-suporter-fans_3p0lra6oyarpz5pct0911n24
Bali United sukses merangkul begitu banyak suporter hanya dalam 2 tahun

“Tim marketing kita untuk saat ini ada 14 orang, jadi ada yang ngurusin sponsor sendiri dll. Kami terus berusaha yang terbaik sampai kami percaya bahwa ini adalah industri sepakbola. Di industri sepakbola, yang kita jual adalah produk agar sponsor mau kerja sama dan untuk sampai pada hal tersebut kita harus membangun manajemen yang bagus,” kata Yabes.

Selain manajemen yang jelas dan solid, Yabes juga mengatakan jika klub memiliki tim kreatif sendiri. Tim kreatif tersebut terdiri dari tim videografer, tim fotografer, dan desainer. Media sosial juga menjadi senjata utama Bali United dalam memantapkan branding mereka di bumi pertiwi. Sejauh ini klub yang bermarkas di Stadion Dipta, Gianyar, Bali itu sudah memiliki sejumlah akun sosial media, di antaranya Twitter dan Instagram.

Sejumlah terobosan pun terus dilakukan. Menurut Yabes, klub akan memiliki kanal Youtube sendiri. Sebuah studio yang akan dijadikan tempat proses pembuatan video pun direncanakan akan dibangun. Dari kanal Youtube itulah para penggemar nantinya bisa melihat-lihat kumpulan video yang berhubungan dengan Serdadu Tridatu atau bahkan melakukan live streaming.

“Jika saat tidak diliput oleh televisi kami bisa melakukan online streaming sendiri,” ujar sang CEO.

 

Profesional secara bisnis lewat Bali United Store

Ketika saya sampai di Stadion Dipta, Gianyar, Bali untuk kali pertama, saya langsung dibuat kagum dengan sebuah bangunan tepat di sebelah tempat saya memarkirkan kendaraan. Bangunan tersebut mayoritas dipenuhi dengan warna merah sebagai ciri khas klub dan desain kain poleng (kain hitam putih) khas Bali. Bangunan itu tak lain adalah Bali United Store.

Ternyata, pihak manajemen berhasil membuat sebuah store dengan konsep desain yang sangat elegan. Layaknya toko merchandise milik klub-klub di luar negeri, cindera mata klub seperti jersey, botol minuman, topi dll terpajang dengan megah. Kaca besar berukuran sekitar 3×4 meter sengaja dibiarkan terbuka untuk menunjukkan betapa megahnya official store milik Bali United.

8_6

Tampak luar Bali United Store. Khas.

Toko resmi memang termasuk dalam rencana jangka panjang klub dari segi bisnis

Toko ini sendiri letaknya ada di bawah tribun selatan stadion dan buka mulai pukul 10.00 sampai 16.00 WITA. Jika sebelumnya saya hanya bisa melihat store tersebut melalui akun Instagram resmi milik klub, kali ini saya benar-benar merasakannya sendiri. Tepat ketika saya datang, pengunjung sudah ramai memenuhi store. Sejauh yang saya lihat, mayoritas pengunjung memang tertarik pada jersey resmi klub. Maklum saja, pasalnya harga yang dijual pun terbilang murah sehingga toko ini pun tetap dipenuhi pengunjung meski banyak pedagang yang menjual barang serupa.

Menurut Yabes Tanuri, toko menjadi salah satu media yang mendekatkan diri kepada penggemar. Maka dari itu, untuk menjamah penggemar dari segala kalangan, pihak manajemen berniat untuk menambahkan beberapa pilihan.

 

2_20
Segala merchandise resmi Bali United dijual sini

“Kita akan selalu mengeluarkan produk baru. Kita mau berusaha membawa ini masuk menjadi fashion style sehari-hari. Memang sulit, tapi itu bukan hal yang tidak mungkin,” terangnya.

Selain toko fisik di stadion, Bali United Store juga menyediakan toko online untuk memudahkan pelanggan dari luar Bali yang ingin mendapatkan produk resmi klub.

Toko resmi memang termasuk dalam rencana jangka panjang klub dari segi bisnis. Berkaca pada klub sepakbola di luar negeri yang memiliki toko resmi sendiri, Bali United sendiri memang sedang dalam laju kencang untuk menjadi klub sepakbola yang profesional. Maka jangan heran jika ke depannya klub ini bisa menjadi barometer bagi klub-klub lain di Indonesia.

 

Bali United sebagai pemersatu Bali

Banyak yang mengatakan jika sepakbola adalah salah satu alat pemersatu yang paling ampuh. Sepertinya pernyataan itu berlaku bagi masyarakat Bali. Hadirnya Bali United memang memberikan suntikan semangat persatuan bagi seluruh warga Pulau Dewata.

Dulu, sebelum ada Bali United, terdapat tiga klub dari Bali yang saya ketahui, yaiitu Persegi Gianyar, Perseden Denpasar, dan Bali Dewata. Kelompok suporter pun akhirnya terpecah, masing-masing klub tersebut memiliki basis suporter sendiri dengan nama yang berbeda-beda pula.

Saya pun berkeliling Stadion Dipta, Gianyar dan mencoba bertanya-tanya kepada sejumlah suporter di sana. Ketika saya bertanya soal bagaimana antusiasme mereka terhadap Bali United, banyak tanggapan positif tentang adanya berdirinya klub berjuluk Serdadu Tridatu tersebut. Mulai dari pedagang asongan yang berjualan di sekitar stadion sampai para penggemar yang hadir pun memiliki pendapat yang sama, mereka sangat senang dengan adanya sebuah klub yang akhirnya bisa menjadi satu-satunya tempat menyalurkan dukungan.

Seperti pengakuan I Made Astowo, salah satu Semeton Dewata – kelompok suporter Bali United – yang saya temui. Dia mengaku jika antusiasme warga Bali terhadap kehadiran klub yang dikomandoi oleh Indra Sjafri tersebut membuat suporter bersatu mendukung satu klub saja.

“Dulu masih terpecah-pecah, tapi sekarang dengan adanya Bali United kami semua selaku suporter bersatu. Saya juga dulunya adalah suporter Perseden,” ujarnya.

 

7_12

I Made Astowo (kiri), dulu suporter Perseden, sekarang setia dengan Bali United

Meski Bali United kini memiliki dua kelompok suporter, yakni Semeton Dewata dan dan Brigaz Bali, hal tersebut tidak mengurangi kesolidan mereka dalam mendukung Serdadu Tridatu.

Hal ini pun disampaikan oleh Humas Brigaz Bali, Putu Pelangi, “Walaupun berpisah tapi kami Brigaz tetap selalu mendukung Bali United dan persepakbolaan Bali.”

Hanya dua tahun sejak berganti nama dan berpindah kandang, Bali United memang sudah menjelma menjadi simbol sepakbola Pulau Dewata. Seperti Persib untuk Bandung, Persija untuk Jakarta, dan Arema untuk Malang, Bali United adalah identitas publik sepakbola Bali.

Widya Martha selaku pimpinan sekaligus pembina Brigaz Bali pun mengakuinya. Menurutnya, banyaknya pemain asli Bali yang bermain di tim utama Bali United sangat membantu warga Bali untuk sangat menerima kehadiran klub ‘pindahan’ ini. “Iya, bisa dibilang begitu, bahkan sampai ke kampung-kampung. Soalnya banyak juga pemain asli Bali yang bermain di klub ini,” ujarnya.

“Dulu waktu kami ke stadion, yang ikut konvoi cuma puluhan orang, sekarang sudah bertambah banyak sampai ribuan.”