indolivescore.com – Bagi publik AS Roma, selama dua dekade terakhir, Francesco Totti adalah pangeran. Totti merupakan kapten, sekaligus idola yang menjadi maskot klub ibu kota Italia tersebut.
Namun, di musim ke-24 nya bersama AS Roma, Totti terbuang. Pelatih AS Roma Luciano Spaletti menarik dan memulangkan Totti beberapa jam jelang laga Serie A melawan Palermo. Hal itu disinyalir akibat dari kritik Totti kepada tim pelatih yang enggan memainkannya walau dirinya merasa masih cukup prima.
Mantan pelatih Roma, Rudi Garcia, bahkan mengatakan bagi publik Gialorossi, Totti penting bagi kota tersebut, bahkan lebih dari wasit. Sepanjang 24 musim, Totti telah mencetak lebih dari 300 gol di laga kompetitif. Bulan lalu pria berusia 39 tahun itu bahkan menduga dirinya masih mampu bermain hingga dua musim lagi.
Totti—yang telah merasakan kepelatihan 16 pelatih utama di Roma—adalah kapten yang dicintai publik Roma. Walau begitu, pelatih utama Roma, menilai Totti telah melakukan kesalahan sehingga dicoret dari daftar skuat saat akan melanjutkan pertandingan tandang melawan Palermo.
Sementara itu Spalletti disambut sorakan menghina dari suporter saat tim tersebut melawan Palermo. Seperti dilansir Reuters, surat kabar lokal La Republica menggelar jajak pendapat. Hasilnya, seimbang antara yang mendukung Totti dan separuhnya mendukung Spaletti.
Namun, usai ketegangan tersebut, setelah laga melawan Palermo Spaletti memastikan Totti akan kembali berlatih. Namun, terlepas itu, nasib yang menerpa Totti pun mengusik insan sepak bola Italia untuk berkomentar.
“Jika saya Totti, saya akan berhenti bermain tahun lalu ketika saya masih penting dan menjadi bagian integral dari tim,” ujar mantan penyerang Juventus dan Lazio, Fabrizio Ravanelli, dalam program Foxsports di Italia.’
Sementara itu mantan pelatih Italia Cesare Prandelli justru bersimpati pada Spaletti. Dalam kolom yang ia tulis untuk situs Calciomercato, Prandelli mengatakan seorang pesepak bola harus menghargai keputusan pelatih.
“Anda boleh jadi merupakan pemain paling penting, kapten, tetapi tipe-tipe tingkah laku tertentu tak dapat diterima (pelatih),” tulis Prandelli.
Prandelli pun meminta para pemain yang lama membela klub sehingga dapat disebut maskot menyadari hal tersebut dan belajar dari mereka yang semula juga disebut maskot seperti Alessandro Del Piero di Juventus, Paolo Maldini di AC Milan, dan Javier Zanetti di Internazionale.