by

Tiki-Taka & Ball Possession Diprediksi Tidak Berkutik di Musim Depan

Pola Baru Sepak Bola Pasca Piala Eropa

indolivescore.com – Bagi Anda yang suka dengan klub Barcelona atau Timnas Spanyol, pasti pernah mendengar kata tiki-taka dan ball possession atau penguasaan bola. Dan ketika menyebut kata tiki-taka, Anda pasti langsung membayangkan enam pemain Timnas Spanyol yang suka menerapkan taktik itu, yakni Xavi Hernandez, Andres Iniesta, Xabi Alonso serta Cesc Fabregas.

Di kaki mereka, bola terasa melekat dan sulit disentuh pemain lawan. Dengan taktik tiki-taka, para pemian Timnas Spanyol ini bisa leluasa menggiring bola dalam waktu yang lama.

Taktik tiki-taka adalah salah satu gaya bermain tim sepakbola di Spanyol yang menekankan umpan pendek dan arah pergerakan bola yang bervariasi untuk memaksimalkan penguasaan bola dalam sebuah pertandingan.

Kunci permainan ini adalah kerja sama tim yang erat dan terkoordinasi dengan sempurna. Taktik ini membuat para pemain bisa bermain dengan lebih santai, namun mampu menguasai bola lebih lama. Taktik ini sangat sempurna dan bahkan mampu menaikkan daya serang tim.

Tetapi apakah taktik tiki-taka dan ball possession masih bisa diandalkan untuk meraih kemenangan? Ternyata fakta menjawab yang sebaliknya.

Jika tahun 2008 merupakan dominasi dari taktik ball possession, maka Piala Eropa 2016 menjadi tahun konfirmasi kematian taktik tiki-taka.

Ada banyak fakta soal ini. Leicester City, Atletico Madrid dan Italia adalah contoh yang unik bagaimana mereka yang tidak menerapkan taktik tersebut dan tidak memiliki penguasaan bola yang maksimal dalam sebuah pertandingan, tetapi justru tampil sebagai pemenang.

Fakta terbaru di The Stade de France pada Minggu lalu, dimana Portugal mengalahkan Prancis di final Piala Eropa, meski penguasaan bola Portugal jauh di bawah Prancis. Atau ketika pada babak semifinal antara Prancis melawan Jerman dimana Die Panzer begitu dominan tapi harus mengaku kalah 0-2 dari Les Bleus.

Taktik atau pola permainan sepakbola sesungguhnya sudah berubah sejak delapan tahun terakhir, tepatnya saat Barcelona di bawah asuhan Pep Guardiola yang sukses meraih beberapa trofi.

Taktik ini juga sukses membawa Spanyol mendominasi bahkan memonopoli kemenangan dengan tiki-taka, dimana mereka meraih dua piala Liga Eropa dan Piala Dunia.

Tetapi di Paris, Spanyol harus mengakui keunggulan Italia yang hanya 40 persen menguasai bola. Taktik tiki-taka tak mampu menembus pertahanan Italia.

Beberapa jam setelah kekalahan Spanyol, Inggris yang menguasai permainan justru dipermalukan oleh Islandia yang hanya menguasai sepertiga bola selama pertandingan berlangsung.

Piala Eropa 2016 menjadi mikrokosmos pergeseran taktik yang sebenarnya sudah terjadi dua tahun lalu. Bisa dikatakan, Piala Eropa 2016 adalah momentun untuk mengucapkan selamat tinggal kepada taktik tiki-taka dan ball possession.

Data Dan Fakta

Mari kita membaca data dan fakta. Dalam empat pertandingan di Piala Eropa 2016, Inggris menguasai semua permainan dengan 52,70, 61 dan 86 persen ball possession, tetapi mereka hanya satu kali menang.

Dan selama Piala Eropa 2016 berlangsung, ada 15 tim keluar sebagai pemenang dengan penguasaan bola kurang dari 45 persen.

Pada Piala Dunia 2006, hanya dua tim (3%) yang keluar sebagai pemenang dengan penguasaan bola di bawah 45 persen. Dan pada Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan hanya lima persen yang menang dengan ball possession yang rendah.

Perubahan mulai terlihat setelah Piala Dunia Brasil, dimana Atletico memenangkan La Liga dan mencapai final Liga Champions melalui kerja keras yang luar biasa tetapi dengan penguasaan bola yang minim.

Pada Piala Dunia 2014, sebanyak 16 tim (25%) menang dengan penguasaan bola di bawah 45 persen dan trend itu terus naik hingga 2015 dan 2016.

Pelatih Arsenal, Arsene Wenger menjadi salah satu manajer yang tidak terlalu percaya bahwaball possession akan selalu memenangkan sebuah pertandingan.

“Penguasaan bola tidak bisa diharapkan lagi seperti sebelumnya,” kata Wenger saat Arsenal mengalahkan Manchester City 2-1 bulan Desember 2015 lalu.

“Ini untuk pertama kali di Liga Primer dimana penguasaan bola tidak banyak bermanfaat. Saya bertahan dengan filosofi saya, tetapi saya juga seorang pengamat dan saya juga melihat statistik semua pertandingan. Saya mencoba memahami, ini ada perubahan yang baru,” katanya.

Karena itu pula, pada Desember lalu, Wenger mengatakan, penguasaan bola sudah tidak penting lagi untuk meraih kemenangan.

Lalu taktik baru apa yang akan dikembangkan dan bisa meraih kemenangan dalam setiap pertandingan?

Leichester City adalah contoh dimana klub papan bawah ini bisa meraih kemenangan hanya dengan komposisi pemain yang punya kemampuan yang sama, memiliki kecepatan tinggi, dan stamina yang kuat.